Yanto Bunuh Istri Gara-Gara Remote TV
K1-11 | Agus Mulyadi | Rabu, 22 Juni 2011 | 20:16 WIB
DENPASAR.KOMPAS.com - Lucky Jayanto, 36, terdakwa pembunuh istrinya diganjar 7,5 tahun penjara, setelah majelis hakim memutuskan ia bersalah dalam sidang di Pengadilan Negeri, Denpasar, Rabu (22/06/2011).
Yanto terbukti melanggar Pasal 44 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga. "Hal yang memberatkan, di samping perbuatan terdakwa telah meresahkan masyarakat, yang menjadi korban adalah istri terdakwa sendiri yang seharusnya dilindunginya," ujar ketua majelis hakim, Dewa Wenten, saat membacakan putusannya.
Hakim juga mempertimbangkan beberapa hal yang meringankan pria asal Pasuruan, Jawa Timur, itu, di antaranya masih memiliki anak berusia 1,5 tahun.
Yanto yang tertunduk lesu usai mendengar putusan itu, langsung menerima hukuman tersebut karena lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yakni 10 tahun penjara.
Dalam fakta persidangan terungkap, pada 15 Desember tahun lalu, Yanto dan istrinya, Utami yang tinggal di sebuah rumah kos Jalan Tirta Ening, Denpasar, terlibat cekcok. Dari keterangan Yanto, saat itu Utami menelepon Yanto yang sedang berada di luar kos untuk membelikannya makan.
Menurut Yanto, cara Utami meminta dianggap tidak sopan karena sambil mengatakan ia suami yang tidak bertanggung jawab, karena membiarkan anak dan istrinya kelaparan. Sesampainya di rumah pun Utami masih memaki-maki Yanto dengan kata-kata yang tidak pantas.
Puncaknya, Utami mengambil remote televisi dan dilemparkan ke tembok hingga rusak. Yanto masih mencoba bersabar dengan memperbaiki remote tersebut. Setelah dibetulkan remote televisi ia kembalikan kepada sang istri.
Sayangnya sikap mengalah Yanto ini tak ditanggapi. Utami malah melempar remote itu ke arah Yanto.
Kesabaran Yanto pun habis, dan dua kali tamparan melayang ke pipi Utami. Tak berhenti disitu, Yanto yang sudah kalap menendang perut istri dan mengenai ulu hatinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ponsel Tetap Bisa Bikin Mandul Meski Tidak Digunakan

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth


img
foto: Thinkstock
Jakarta, Penggunaan telepon seluler (ponsel) yang berlebihan disebut-sebut bisa mempengaruhi kualitas sperma. Bahkan meski tidak dipakai, ponsel masih menyisakan risiko mandul pada pria sebesar 30 persen jika tidak benar-benar dimatikan saat dikantongi di celana.

Dalam posisi stand by atau menyala tapi tidak digunakan, ponsel tetap memancarkan radiasi elektromagnetik. Jika diletakkan di celana atau dekat dengan organ reproduksi pria, radiasi tersebut bisa mempengaruhi produksi sperma dan tingkat kesuburan pria.

"Karena radiasi ponsel bisa meningkatkan kadar testosteron di dalam tubuh, maka dampaknya adalah kualitas dan jumlah sperma berkurang," tulis para peneliti dari Queen's University di sebuah jurnal ilmiah, seperti dikutip dari Indiavision, Rabu (22/6/2011).

Dibandingkan dengan tingkat radiasi saat melakukan atau menerima panggilan telepon, tingkat radiasi ponsel dalam kondisi stand by memang lebih kecil. Namun risikonya terhadap sistem reproduksi pria tetap tinggi, karena masih menyisakan risiko mandul sebesar 30 persen.

Para peneliti menyarankan para pria untuk tidak mengantongi ponsel dalam kondisi menyala. Jika tidak benar-benar dimatikan, sebaiknya ponsel disimpan di tas atau tempat lain yang tidak memungkinkan kontak langsung dengan bagian tubuh yang dekat dengan organ reproduksi.

Meski demikian, tidak semua pakar sependapat dengan hasil penelitian para ahli di Kanada tersebut. Shivani Sachdev Gour, konsultan kesuburan dari Isis Clinic di Delhi, India mengatakan bahwa radiasi ponsel bukan pemicu utama ketidaksuburan pada pria.

Shivani mengatakan beberapa kasus ketidaksuburan pria dipicu oleh pencemaran racun dari lingkungan, sedangkan sebagian besar memang tidak diketahui penyebabnya. Namun bukan berarti ponsel boleh dikambinghitamkan sebelum ada bukti yang cukup kuat.

"Harus ada penelitian lanjutan dengan skala lebih besar untuk memastikan dampak tersebut. Bagaimanapun ponsel sudah menjadi bagian hidup manusia masa kini sehingga dampaknya sangat besar jika tidak boleh digunakan," ungkap Shivani.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS